Cara Efektif Membangun Budaya Positif di Sekolah, Guru Wajib Tahu!

Daftar isi:
Kotaku.id – Pembahasan kali ini akan membahas secara tuntas mengenai cara efektif membangun budaya positif di sekolah, yuk simak pembahasannya sampai habis!
Apakah sekolah tempat Anda mengajar sudah menjadi sekolah yang ramah bagi anak? Apakah siswa Anda sangat antusias dalam melakukan kegiatan belajar di kelas? Lalu, apakah pembelajaran bisa berjalan dengan kondusif?
Sebagai seorang guru, pertanyaan di atas penting untuk direfleksikan setiap hari. Bagaimanapun peserta didik yang ceria, lingkungan sekolah yang nyaman, serta suasana kelas yang menyenangkan merupakan impian dari para guru semua.
Sayangnya semakin banyak peserta didik yang melanggar peraturan sekolah. Ada banyak pula yang selama ini telah diberikan sanksi tapu tetap melakukan pelanggaran. Jika hal ini tidak segera diatasi, justru nantinya akan semakin mempengaruhi siswa lainnya untuk melakukan pelanggaran yang sama.
Misalnya saja dengan melakukan pelanggaran sering terlambat datang ke sekolah, tidak mau melakukan tugas piket kebersihan di dalam kelas, tidak menghargai guru, tidak mengerjakan tugas ruma, membuang sampah tidak pada tempatnya, dan mem-bully teman-temannya.
Cara Efektif Membangun Budaya Positif di Sekolah
Perlu diketahui, ada beberapa cara efektif yang bisa dilakukan untuk membangun budaya positif. Cara yang pertama yakni dengan menyusun kesepakatan kelas, yang kedua adalah mempraktikkan segitiga restitusi, dan upaya yang ketiga adalah dengan melalui kegiatan pembiasaan dan keteladanan. Dibawah ini merupakan penjelasan lengkapnya.
1. Membuat Kesepakatan Kelas
Kegiatan ini bisa dilakukan pada awal tahun pelajaran. Langkah-langkahnya bisa dilakukan sebagai berikut. Pertama, Anda bisa menanyakan ide atau gagasan tentang kelas impian dari siswa Anda. Untuk bisa mencapai kelas impian, guru bisa memberikan kesempatan bagi siswa agar terlibat dalam pengaturan kelas siswa. Peserta didik nantinya akan diberikan pertanyaan bagaimana cara mewujudkan kelas yang diimpikan. Kemudian. siswa akan menjawab seperti menjaga kebersihan kelas, bekerja sama dengan tidak membuang sampah sembarangan, saling menghormati, dan tidak lagi membuat keributan.
Tidak hanya itu, guru bisa mengarahkan peserta didiknya agar berdiskusi untuk menentukan kesepakatan kelas. Diskusi biasanya akan dipimpin oleh ketua kelas. Salah satu siswa nantinya akan diminta untuk menuliskan hasil kesepakatan kelas yakni dalam bentuk poster. Kemudian siswa dan guru akan menandatangani kesepakatan kelas di dalam poster tersebut.
Poster kesepakatan kelas yang telah disepakati bisa dipajang di dinding sehingga mudah untuk dilihat kembali dan bisa mengingatkan semua warga kelas sebagai budaya positif yang wajib dilakukan.
Supaya kesepakatan tersebut bisa terus berjalan, guru dan siswa harus melakukan refleksi. Dalam pertemuan di kelas, guru perlu mengingatkan kembali mengenai kesepakatan kelas supaya suasana pembelajaran bisa kondusif. Di sisi lain, setiap murid juga perlu saling mengingatkan supaya semua anggota kelas bisa melaksanakan hal yang telah disepakati bersama.
2. Praktik Segitiga Restitusi
Praktik segitiga restitusi dilaksanakan berdasarkan pelanggaran yang telah dilakukan oleh siswa pada kesepakatan kelas. Adapun tahapan yang dilaksanakan oleh guru ketika praktik segitiga restitusi yakni meliputi koordinasi dengan wali kelas, guru BK, serta guru piket. Yakni dengan memanggil secara pribadi siswa yang relah melakukan pelanggaran; dan kemudian berdiskusi dengan siswa yang melakukan pelanggaran. Khususnya dengan memanfaatkan peran guru sebagai teman, pemantau, dan manajer.
Kegiatan ini dilaksanakan saat ada siswa yang melakukan pelanggaran pada tata tertib. Sebagai contoh yakni untuk kasus siswa yang menyemir rambutnya dengan warna pirang. Cara pendekatan yang perlu dilakukan guru yaitu dengan menggali motivasi intrinsik dari siswa. Khususnya dengan menggunakan peran kontrol guru sebagai manajer. Siswa tersebut nantinya akan didorong untuk mau mengubah warna rambutnya seperti semula yakni hitam. Dan untuk menebus kesalahan siswa tersebut bisa melakukan hukuman budaya positif secara ikhlas yakni dengan membuang sampah ke penampungan akhir.
3. Kegiatan Pembiasaan dan Keteladanan
Ada berbagai macam kegiatan pembiasaan yang bisa dilakukan supaya menjadi budaya positif di sekolah. Sebagai contoh yakni dengan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah di setiap hari Sabtu. Kegiatan dilakukan oleh seluruh warga sekolah, baik itu dari siswa, Kepala Sekolah, guru, dan karyawan. Guru harus senantiasa memberikan keteladanan supaya kegiatan pembiasaan bisa berjalan lancar.
Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat Anda simpulkan dari pengalaman membangun budaya positif. Pertama, yakni dalam membangun budaya positif perlu disepakati keyakinan atau prinsip dasar bersama di antara warga sekolah. Selanjutnya, dengan melalui praktik restitusi diharapkan siswa bisa kembali ke kelompoknya dengan karakter yang jauh lebih baik dan lebih kuat.
Adapun, upaya penanaman budaya positif di sekolah akan lebih diterima oleh para siswa jika melibatkan siswa dalam membuat kesepakatan supaya mempunyai pemahaman yang sama. Tidak hanya itu, keteladanan dari guru juga sangat menentukan suksesnya dalam membangun budaya positif di sekolah. Demikian pembahasan kali ini, semoga informasi diatas bisa bermanfaat.