Apa yang Terjadi Jika Hanya Fokus Pada Orientasi Kognitif dalam Pembelajaran?

Kotaku.id - Apa yang terjadi jika hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran? Ini adalah salah satu pertanyaan yang harus diperhatikan para guru dan pendidik mengingat saat ini banyak guru yang menerapkan sistem pembelajaran dengan orientasi kognitif di sekolah. Pembelajaran adalah suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan melampaui sekedar akumulasi pengetahuan.
Sedangkan pengertian dari sistem pembelajaran adalah suatu proses peserta didik dengan pendidik untuk mengembangkan kreativitas berpikir dalam suatu proses pembelajaran. Yang nantinya akan membawa hasil yang diinginkan. Lalu, apa pula yang dimaksud dengan orientasi kognitif?
Pengertian dari orientasi kognitif adalah komponen yang menyangkut pengetahuan tentang politik, peranan dan segala kewajibannya, serta input dan outputnya. Apabila para guru atau pendidik hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pelajaran ternyata tidak begitu baik. Mengapa bisa demikian? Mari kita bahas secara detail bersama-sama.
Bolehkah Para Guru Hanya Fokus Pada Orientasi Kognitif dalam Pembelajaran?

Bolehkah para guru hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran? Selama ini mungkin ada sebagian orang tua yang merasa senang anak-anak mereka mendapatkan pembelajaran kognitif di sekolah. Padahal, sebenarnya sistem pembelajaran tersebut juga tidak semuanya baik. Orientasi kognitif juga memiliki dampak yang kurang baik bagi anak.
Pembelajaran berorientasi kognitif adalah sistem pembelajaran yang menekankan pada proses kognitif atau kecerdasan intelektual siswa. Sistem pembelajaran ini menggunakan pendekatan yang berfokus pada pengembangan pemahaman, pengetahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis.
Dalam sistem pembelajaran ini, para siswa atau peserta didik didorong untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan. Bukan hanya sekedar menghafal informasi tanpa pemahaman mendalam. Dalam hal ini guru ikut berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mendukung proses pemahaman tersebut.
Adapun tujuan pembelajaran dengan orientasi kognitif berdasarkan buku Landasan Pembelajaran, Gamar Al Haddar, 2023.
Adalah bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir yang kuat. Selain itu, juga bertujuan untuk membekali siswa dengan sarana yang diperlukan untuk beradaptasi dan berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.
Dampak Jika Hanya Fokus Pada Orientasi Kognitif dalam Pembelajaran

Namun, jika guru hanya fokus pada orientasi kognitif saja dalam pembelajaran, maka akan memberikan dampak yang kurang baik bagi siswa. Antara lain dapat menyebabkan perkembangan kecakapan emosi dan sosial siswa menjadi terabaikan. Hal ini juga sama saja dengan mengabaikan kebutuhan psikososial siswa, seperti perkembangan motivasi dan kepercayaan diri.
Selain itu, ada beberapa dampak negatif lain jika para guru atau pendidik hanya fokus pada orientasi kognitif saja dalam sistem pembelajaran. Antara lain berikut ini.
1. Kurangnya Pembangunan Kreativitas
Jika hanya fokus pada orientasi kognitif dalam akan membuat pembangunan kreativitas pada anak berkurang. Pasalnya, sistem pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja, tidak memberikan cukup ruang bagi pengembangan kreativitas siswa. Padahal kreativitas merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
2. Kurangnya Pengembangan Keterampilan Non-Kognitif
Dampak negatif kedua jika para guru hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran adalah berkurangnya ketrampilan non-kognitif siswa. Karena dengan hanya memperhatikan aspek kognitif saja akan dapat mengabaikan pengembangan keterampilan non-kognitif atau soft skills. Seperti keterampilan sosial, kerja sama, kepemimpinan, dan empati.
3. Kurangnya Perhatian Terhadap Kesejahteraan Mental
Dampak negatif berikutnya jika para guru hanya fokus pada orientasi kognitif adalah berkurangnya perhatian terhadap kesejahteraan mental para siswa. Karena jika hanya memperhatikan pencapaian kognitif saja akan berpengaruh pada kesejahteraan atau kesehatan mental siswa. Hal tersebut dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan dan masalah kesejahteraan mental.
Soal: Jika Hanya Fokus Pada Orientasi Kognitif dalam Pembelajaran dapat Menyebabkan?

Dalam materi pembelajaran di sekolah ada beberapa soal. Dan salah satunya adalah “Jika hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran dapat menyebabkan? Dan dari pertanyaan ini terdapat beberapa pilihan ganda yang mengandung jawaban yang benar, yaitu sebagai berikut.
A. Siswa semakin semangat belajar.
B. Kecakapan emosi dan sosial siswa yang terabaikan perkembangannya.
C. Siswa semakin malas dan tidak memiliki motivasi belajar.
D. Sistem belajar mengajar yang tidak efektif dan efisien.
Jawaban dan Penjelasannya
Segala sesuatu yang terlalu fokus memang kurang baik, seperti hanya fokus pada orientasi kognitif saja dalam pembelajaran. Hal ini akan memberikan dampak negatif pada para siswa atau peserta didik. Dan salah satu dampak negatif tersebut adalah kecakapan dan sosial siswa yang terabaikan perkembangannya. Jadi jawaban yang tepat dari soal di atas adalah B.
Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan dalam sistem pembelajaran siswa. Hal ini bertujuan agar tidak terdapat dampak negatif yang terlalu besar bagi siswa selama periode pembelajaran. Fokus dalam pembelajaran pada dasarnya juga memiliki subfokus. Dan salah satunya adalah fokus pada orientasi kognitif.
Berdasarkan pertanyaan di atas ada beberapa masalah jika pembelajaran hanya fokus pada orientasi kognitif. Antara lain dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti berikut ini.
1. Masalah Pada Perkembangan Siswa
Menjelaskan tentang jawaban pertanyaan jika hanya fokus pada orientasi kognitif dapat menyebabkan apa saja adalah akan menimbulkan masalah pada perkembangan siswa. Sebenarnya apa itu orientasi kognitif? Pertama, pengertian dari orientasi adalah di mana seseorang dapat memberikan dan menempatkan sesuatu dengan benar.
Atau dengan kata lain orientasi adalah adalah pandangan mendasar akan suatu hal. Dan hal yang dimaksud disini pada umumnya adalah hal-hal yang baru bagi dirinya. Seperti contohnya pada masa orientasi siswa. Yaitu pada saat pertama kali masuk universitas, disini para siswa atau mahasiswa akan diajarkan bagaimana cara bertindak yang benar dalam lingkungan sekolah atau kampus.
Sedangkan pengertian kognitif adalah dimana seseorang akan mengetahui, mempelajari, memahami, dan akhirnya akan berpikir yang baik dan benar akan suatu hal. Atau dengan kata lain, kognitif merupakan komponen dalam proses pembelajaran. Nyatanya orientasi kognitif ini muncul akibat timbal balik dari metode belajar behavioristik.
Dalam metode belajar behavioristik, pengamatan dilakukan pada output yang dihasilkan siswa berupa perilaku yang baik. Dengan hanya fokus memprioritaskan pengalaman siswa untuk membangun output yang baik saja, nantinya akan merusak perkembangan emosi dan sosial pada siswa tersebut.
2. Masalah Pada Emosi dan Nilai Sosial Siswa
Masalah yang akan timbul jika hanya fokus pada orientasi kognitif saja dalam pembelajaran juga dapat mengganggu emosi dan jiwa sosial pada siswa. Manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya manusia tidak dapat bertahan hidup seorang diri tanpa adanya bantuan dan keperluan terhadap orang lain.
Jika dalam pembelajaran hanya fokus pada orientasi kognitif saja, akan menghambat pertumbuhan sifat dan jiwa sosial siswa. Dan juga akan membuat bagaimana seseorang akan tumbuh kedepannya. Maka dari itu, hal ini perlu dipertimbangkan kembali.
Pasalnya, dengan berkembangnya teknologi dan globalisasi saat ini, juga membuat orang-orang sudah melupakan bagaimana cara bersosialisasi dengan baik. Begitu juga dengan emosi atau emosional seseorang, jika seseorang sudah tidak mampu menunjukkan perasaannya melalui emosi. Bagaimana orang lain akan tahu apa yang dirasakan orang tersebut.
Perasaan, dan emosi merupakan hak penting bagi manusia. Karena dengan perasaan dan emosi yang bekerja dengan baik, manusia akan tetap terlihat seperti manusia. Dan jika tanpa keduanya, manusia akan terlihat seperti robot yang flat.
Hanya fokus pada orientasi kognitif dalam pembelajaran semata tidak akan memberikan seratus persen dampak positif terhadap siswa. Dan tentunya para guru dan tenaga pendidik harus mempertimbangkan berbagai masalah yang timbul sebagai dampak negatif orientasi kognitif tersebut.
3. Masalah Pada Perkembangan Ketrampilan Praktis atau Psikomotorik
Selain itu, pembelajaran yang hanya fokus pada orientasi kognitif mungkin kurang efektif dalam mengembangkan keterampilan praktis atau psikomotorik. Hal ini karena ada beberapa materi pelajaran, seperti seni, olahraga, atau keterampilan teknis, memerlukan latihan fisik. Dan keterampilan tangan yang tidak dapat dipelajari hanya melalui pengetahuan teoritis.
Oleh sebab itu, kurikulum yang hanya menekankan aspek kognitif saja dapat gagal dalam mengembangkan keterampilan ini.
4. Dapat Mengabaikan Keragaman Gaya Belajar
Masalah lain yang akan muncul jika sistem pembelajaran hanya fokus pada orientasi kognitif saja adalah dapat mengabaikan keragaman gaya belajar siswa. Beberapa siswa mungkin lebih efektif belajar melalui pengalaman praktis. Sementara yang lain mungkin akan lebih responsif dengan pendekatan teoritis.
Maka dari itu, sangat penting para guru untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar dalam sistem pembelajaran siswa. Hal ini untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang setara dalam mencapai potensi mereka.
Dalam rangka menciptakan pendidikan yang seimbang dan holistik, sangat penting untuk menggunakan pendekatan yang seimbang terhadap pembelajaran mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, dan psikomotorik. Para guru dan lembaga pendidikan tentunya harus lebih mempertimbangkan kebutuhan individu siswa dan merancang pengalaman pembelajaran yang mencakup semua aspek ini.
Apa itu Asesmen Diagnostik Non-kognitif dan Contohnya?

Selain hanya fokus pada orientasi kognitif, para guru juga perlu menggunakan asesmen diagnostik non-kognitif. Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan proses mengumpulkan informasi mengenai karakter dan kondisi yang tidak berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa. Asesmen diagnostik non-kognitif ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, aspek sosial.
Dan perkembangan yang tidak berkaitan dengan kecerdasan atau kemampuan akademik siswa. Adapun contoh dari asesmen diagnostik non-kognitif ini adalah meliputi evaluasi kematangan emosional siswa, kemampuan sosial siswa, dan kemampuan siswa dalam mengelola emosi. Selain itu, juga meliputi kemampuan siswa dalam beradaptasi, dan kemampuan interpersonal siswa.
Dalam penerapannya, asesmen ini dapat dilakukan oleh para guru dengan berbagai cara. Seperti melalui tes, observasi, dan wawancara dengan individu atau pun seseorang yang dekat dengan siswa. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran siswa akan tercapai dengan baik, jika penerapan orientasi kognitif dan non-kognitif dilakukan secara seimbang selama proses pembelajaran.
Penutup
Demikian tadi berbagai masalah yang akan terjadi jika hanya fokus pada orientasi kognitif saja dalam pembelajaran. Dengan adanya berbagai masalah tersebut, maka para guru seharusnya menerapkan secara seimbang antara orientasi kognitif dan non-kognitif selama proses pembelajaran di sekolah. Dapatkan berita terkini seputar informasi berita dan informasi bisnis hanya di Kotaku.id.