Menggali Akar Pembelajaran Sosial Emosional: Pengembangan dari Teori Menuju Praktik di Sekolah
Daftar isi:
- Apa Itu Pembelajaran Sosial Emosional?
- Akar Teoritis: Dari Psikologi Humanistik hingga Teori Perkembangan
- Transformasi Teori ke Praktik di Lingkungan Pendidikan
- Contoh Praktik Pembelajaran Sosial Emosional di Sekolah
- Dukungan Kebijakan dan Relevansi dengan Kurikulum Merdeka
- Mengapa Pembelajaran Sosial Emosional Penting?
- Membawa Teori ke Arah Tindakan Nyata
Kotaku.id — Dunia pendidikan terus berkembang, menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Salah satu pendekatan yang kini mendapat perhatian luas adalah pembelajaran sosial emosional, yang bukan muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan pengembangan dari teori-teori psikologi dan pendidikan yang telah lama ada.
Pembelajaran sosial emosional (PSE) telah menjadi sorotan dalam upaya membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga sehat secara emosional dan mampu berinteraksi sosial dengan baik. Namun, apa sesungguhnya akar dari pendekatan ini? Bagaimana teori-teori klasik turut andil dalam membentuk konsep PSE yang kini diterapkan di banyak sekolah?
Artikel ini akan membahas bagaimana pembelajaran sosial emosional merupakan pengembangan dari teori-teori besar dalam dunia psikologi dan pendidikan, serta bagaimana konsep ini diterapkan secara nyata di lingkungan pembelajaran.
Apa Itu Pembelajaran Sosial Emosional?
Pembelajaran sosial emosional adalah proses pengembangan kemampuan individu dalam memahami dan mengelola emosi, menetapkan tujuan yang positif, menunjukkan empati kepada orang lain, menjalin hubungan yang sehat, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Pendekatan ini menempatkan keseimbangan antara aspek akademik dan emosional, sehingga peserta didik tidak hanya dikejar untuk memahami materi pelajaran, tetapi juga didorong untuk menjadi pribadi yang matang secara sosial dan emosional.
Akar Teoritis: Dari Psikologi Humanistik hingga Teori Perkembangan
Konsep pembelajaran sosial emosional sejatinya merupakan hasil pengembangan dari teori-teori psikologi dan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli sejak pertengahan abad ke-20. Beberapa teori yang menjadi fondasi penting antara lain:
1. Teori Perkembangan Sosial Erik Erikson
Erik Erikson memperkenalkan tahapan perkembangan psikososial yang menggambarkan bagaimana individu membangun identitas dan hubungan sosial sepanjang hidupnya. Menurut Erikson, keberhasilan dalam menyelesaikan konflik pada setiap tahap perkembangan akan berdampak pada kematangan sosial dan emosional seseorang.
Konsep ini menjadi dasar dalam PSE, terutama dalam memahami pentingnya membimbing peserta didik agar mampu mengatasi tantangan emosi dan hubungan sosial sesuai usia perkembangan mereka.
2. Teori Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) oleh Daniel Goleman
Istilah kecerdasan emosional dipopulerkan oleh Daniel Goleman pada tahun 1995. Goleman menekankan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya bergantung pada IQ, melainkan juga pada kemampuan mengelola emosi, empati, dan keterampilan sosial.
Gagasan inilah yang menjadi salah satu pilar dalam pembelajaran sosial emosional: melatih peserta didik untuk mengenali emosi diri sendiri dan orang lain serta merespons dengan cara yang tepat.
3. Teori Pembelajaran Sosial oleh Albert Bandura
Albert Bandura mengemukakan bahwa pembelajaran terjadi melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain. Teori ini menunjukkan pentingnya model atau contoh dalam proses belajar, yang relevan dalam PSE ketika pendidik dituntut menjadi teladan dalam pengelolaan emosi dan perilaku sosial.
4. Psikologi Humanistik oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow
Pendekatan humanistik menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi positif dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam konteks pendidikan, teori ini mendorong perlakuan yang hangat, empatik, dan menghargai perbedaan individu — nilai-nilai yang sejalan dengan prinsip PSE.
Transformasi Teori ke Praktik di Lingkungan Pendidikan
Berbekal berbagai teori tersebut, pembelajaran sosial emosional tidak lagi menjadi konsep yang abstrak. Kini, PSE telah diadopsi dalam kurikulum sekolah di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pengembangannya difokuskan pada lima kompetensi utama, yakni:
- Kesadaran Diri
Mengenal emosi, kekuatan, dan keterbatasan diri. - Pengelolaan Diri
Mengatur emosi, mengatasi stres, dan tetap termotivasi. - Kesadaran Sosial
Menunjukkan empati, memahami perspektif orang lain. - Keterampilan Relasi
Menjalin komunikasi positif, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama. - Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Membuat pilihan berdasarkan etika, keselamatan, dan kesejahteraan diri maupun orang lain.
Setiap kompetensi ini merupakan refleksi dari teori-teori yang disebutkan sebelumnya dan kini diterapkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran.
Contoh Praktik Pembelajaran Sosial Emosional di Sekolah
Implementasi pembelajaran sosial emosional bisa diwujudkan melalui berbagai cara yang sederhana namun efektif. Beberapa contoh praktiknya antara lain:
- Sesi refleksi pagi, di mana peserta didik diajak untuk menyampaikan perasaan mereka dan menyiapkan diri untuk hari itu.
- Permainan peran untuk melatih empati dan penyelesaian konflik.
- Proyek kelompok yang menekankan kerja sama dan komunikasi efektif.
- Jurnal emosi, tempat peserta didik menuliskan perasaan dan pengalaman pribadi setiap hari.
Dalam pendekatan ini, peran pendidik menjadi sangat penting. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang mampu menciptakan suasana kelas yang aman secara emosional.
Dukungan Kebijakan dan Relevansi dengan Kurikulum Merdeka
Di Indonesia, semangat pembelajaran sosial emosional sangat selaras dengan arah Kurikulum Merdeka, yang menekankan profil pelajar Pancasila. Enam dimensi dalam profil pelajar tersebut — beriman, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global — sangat erat kaitannya dengan kompetensi sosial emosional.
Selain itu, kebijakan penguatan pendidikan karakter (PPK) juga menjadi payung strategis dalam implementasi PSE di satuan pendidikan.
Mengapa Pembelajaran Sosial Emosional Penting?
Penerapan pembelajaran sosial emosional memberikan berbagai manfaat, baik dalam jangka pendek maupun panjang, antara lain:
- Meningkatkan hasil belajar akademik, karena peserta didik yang mampu mengelola emosinya cenderung lebih fokus dan termotivasi.
- Mengurangi perilaku negatif, seperti perundungan, konflik antar teman, dan pelanggaran tata tertib.
- Meningkatkan kesejahteraan mental, yang penting untuk membentuk pribadi yang tangguh di masa depan.
- Membentuk iklim sekolah yang positif dan inklusif.
Data global menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan PSE secara sistematis mengalami peningkatan prestasi akademik hingga 11% dan penurunan perilaku bermasalah secara signifikan.
Membawa Teori ke Arah Tindakan Nyata
Pembelajaran sosial emosional merupakan pengembangan dari teori yang telah melalui perjalanan panjang. Teori-teori dari Erikson, Goleman, Bandura, hingga Maslow telah menjadi landasan kokoh bagi pendekatan ini.
Kini, tugas utama bukan lagi sekadar memahami teorinya, melainkan membawa nilai-nilai tersebut ke dalam praktik pendidikan yang nyata dan bermakna. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga dibentuk menjadi manusia yang utuh — berpikir, merasa, dan berperilaku dengan bijak.
Gabung ke Channel Whatsapp Untuk Informasi Sekolah dan Tunjangan Guru
GABUNG





