Kotaku
Beranda Pendidikan Kurikulum merdeka Segera di Hentikan, Bagaimana nasib PMM dan Juga Guru Penggerak ?

Kurikulum merdeka Segera di Hentikan, Bagaimana nasib PMM dan Juga Guru Penggerak ?

kotaku – Pemerintah baru-baru ini mengisyaratkan kemungkinan penghentian Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan pada tahun 2022. Kurikulum ini awalnya digagas sebagai upaya untuk memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan guru untuk mendidik siswa sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka. Dengan adanya perubahan ini, pertanyaan besar pun muncul: Bagaimana nasib Program Merdeka Mengajar (PMM) dan para Guru Penggerak?

Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Sebelum membahas lebih jauh tentang kemungkinan penghentian Kurikulum Merdeka, mari kita lihat kembali apa sebenarnya kurikulum ini dan apa tujuannya. Kurikulum Merdeka adalah sebuah inisiatif yang dirancang untuk memberikan kebebasan belajar kepada peserta didik. Fokus utamanya adalah pada pemahaman konsep, bukan sekadar menghafal. Siswa diajak untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan berinovasi.

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata. Misalnya, sekolah memiliki kebebasan untuk menentukan materi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar dan memberikan proyek-proyek nyata kepada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa, bukan sekadar pemberi materi.

Namun, tidak semua sekolah dan guru siap untuk menjalankan konsep ini. Tantangan yang muncul dalam implementasi Kurikulum Merdeka membuat beberapa pihak mempertimbangkan ulang keberlanjutannya.

Alasan Penghentian Kurikulum Merdeka

Kabar tentang penghentian Kurikulum Merdeka muncul dari beberapa alasan utama. Pertama, adanya kritik bahwa kurikulum ini sulit diterapkan di sekolah-sekolah yang fasilitasnya terbatas, terutama di daerah terpencil. Banyak guru yang merasa terbebani dengan tuntutan untuk mempersiapkan pembelajaran yang lebih kompleks tanpa pelatihan yang memadai.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa capaian akademik siswa di beberapa wilayah malah menurun sejak penerapan kurikulum ini. Hal ini membuat banyak pihak mempertanyakan apakah Kurikulum Merdeka benar-benar dapat membawa perubahan yang diinginkan atau malah menambah beban bagi guru dan siswa.

Bagaimana Nasib Program Merdeka Mengajar (PMM)?

Program Merdeka Mengajar atau PMM adalah salah satu program pendukung Kurikulum Merdeka yang memberikan pelatihan dan pengembangan bagi para guru. Program ini menyediakan platform online yang memudahkan guru untuk mengakses materi pembelajaran, video, dan modul untuk mendukung proses belajar mengajar. Dengan penghentian Kurikulum Merdeka, PMM pun menghadapi ketidakpastian.

Bagi guru yang telah memanfaatkan PMM, penghentian kurikulum berarti mereka harus beradaptasi lagi dengan pendekatan baru yang mungkin diperkenalkan pemerintah. Namun, beberapa pihak berharap agar PMM tetap bisa dilanjutkan sebagai platform pelatihan untuk guru, tanpa harus tergantung pada keberlanjutan Kurikulum Merdeka.

Alasan utama mengapa PMM diharapkan tetap ada adalah karena platform ini telah membantu banyak guru di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mengajar. Dalam PMM, guru juga bisa berbagi pengalaman dan praktik terbaik, yang menjadi sumber inspirasi bagi guru lain. Jika PMM tetap dipertahankan, platform ini bisa berfungsi sebagai sumber daya berharga yang mendukung guru dalam berbagai kurikulum yang mungkin akan diterapkan di masa depan.

Tantangan dan Harapan Bagi Para Guru Penggerak

Para Guru Penggerak adalah agen perubahan di sekolah-sekolah yang diharapkan dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi guru lain. Mereka telah dilatih untuk menerapkan konsep-konsep pendidikan yang lebih fleksibel, yang menjadi inti dari Kurikulum Merdeka. Namun, dengan adanya wacana penghentian kurikulum ini, banyak Guru Penggerak yang khawatir mengenai kelangsungan peran dan tanggung jawab mereka di sekolah.

Guru Penggerak sudah terlatih dalam mengembangkan metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat proses belajar, mendorong kreativitas, dan membangun suasana kelas yang inklusif. Jika Kurikulum Merdeka dihentikan, mereka mungkin harus beradaptasi dengan kurikulum baru yang akan menggantikan sistem ini. Akan tetapi, banyak Guru Penggerak yang menyatakan siap untuk beradaptasi, asalkan prinsip-prinsip pembelajaran berpusat pada siswa tetap diterapkan.

Selain itu, para Guru Penggerak berharap agar pemerintah memberikan kejelasan mengenai peran mereka ke depan. Banyak di antara mereka telah menginvestasikan waktu dan energi untuk memahami dan menerapkan pendekatan baru ini. Pemerintah perlu mempertimbangkan bagaimana memberikan ruang bagi Guru Penggerak untuk terus berkembang dan berkontribusi dalam sistem pendidikan, baik dengan Kurikulum Merdeka maupun dengan kurikulum lainnya.

Masa Depan Pendidikan Indonesia: Antara Fleksibilitas dan Standarisasi

Kurikulum Merdeka memang memiliki visi yang baik, namun dalam pelaksanaannya, tidak semua sekolah dan guru memiliki kemampuan yang sama. Penghentian kurikulum ini mungkin dianggap sebagai langkah mundur oleh sebagian orang, namun juga bisa menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan memperbaiki pendekatan pendidikan di Indonesia.

Jika Kurikulum Merdeka benar-benar dihentikan, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menggabungkan aspek fleksibilitas dan standarisasi dalam kurikulum yang akan datang. Fleksibilitas penting agar siswa bisa belajar sesuai dengan kemampuan dan minat mereka, sementara standarisasi diperlukan agar semua siswa di Indonesia memiliki kompetensi yang sama, terutama dalam bidang dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.

Di masa mendatang, pemerintah perlu memperhatikan kesiapan sekolah-sekolah, terutama di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal), dalam mengimplementasikan kurikulum apapun yang diterapkan. Infrastruktur pendidikan yang memadai, pelatihan berkelanjutan untuk guru, serta dukungan teknologi yang merata di seluruh wilayah adalah hal-hal yang perlu menjadi fokus utama.

Kesimpulan: Apa yang Harus Dilakukan?

Penghentian Kurikulum Merdeka memang menghadirkan tantangan, namun juga membuka peluang untuk memperbaiki sistem pendidikan. Beberapa langkah yang bisa diambil ke depan adalah sebagai berikut:

  1. Evaluasi Menyeluruh: Pemerintah perlu melakukan evaluasi mendalam tentang apa yang telah berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki dari Kurikulum Merdeka. Proses ini harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk guru, siswa, dan orang tua.
  2. Pelatihan Berkelanjutan untuk Guru: Pelatihan yang memadai untuk guru sangat penting, baik untuk menerapkan Kurikulum Merdeka maupun kurikulum lainnya. Program pelatihan seperti PMM diharapkan tetap berjalan dan bahkan diperluas cakupannya.
  3. Dukungan untuk Guru Penggerak: Guru Penggerak perlu diberikan kejelasan tentang peran mereka dan tetap didukung agar bisa terus berinovasi dalam proses pembelajaran, terlepas dari kurikulum yang diterapkan.
  4. Fokus pada Kesiapan Sekolah: Sebelum menerapkan kurikulum baru, pemerintah harus memastikan bahwa semua sekolah memiliki infrastruktur yang memadai dan siap untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek, teknologi, dan kolaborasi.

Penutup

Kurikulum Merdeka adalah salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan. Penghentian kurikulum ini bukan berarti pendidikan Indonesia gagal, namun bisa menjadi kesempatan untuk melakukan perbaikan yang lebih tepat sasaran.

 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan