Pengertian Build to Stock: Perbedaannya dengan Build to Order
Daftar isi:
KotakuID – Saat menentukan metode persediaan, suatu perusahaan dapat memilih antara build to stock dan build to order. Walaupun keduanya merupakan metode inventory yang sama berfokus pada proses produksi. Akan tetapi pengaruhnya keputusan perencanaan sumber daya perusahaan bisa berbeda.
Lalu, apa yang dimaksud dengn build to stock dan perbedaannya dengan build to order? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Pengertian Build to Stock?
Build to stock atau make to stock merupakan strategi produksi dan penyimpanan persediaan produk untuk bisa memenuhi permintaan di masa mendatang.
Saat permintaan rendah, perusahaan bis memanfaatkan momen tersebut untuk merencanakan proses produksi secara efisien. Sehingga bisa meminimalisir biaya dan mengurangi potensi kehabisan stok di masa depan.
Hal ini akan membantu menekankan biaya lembur, menghemat biaya perawatan pemakaian mesin secara kasar di masa depan, mempersiapkan produsen untuk memenuhi permintaan yang jauh lebih baik, dan lain sebagainya.
Namun, metode make to stock juga dapat menyebabkan biaya inventaris lebih besar dan kerugian jika tidak direncanakan secara matang. Oleh karena itu, strategi ini akan lebih cocok untuk produk yang prediksi permintaannya bisa dilakukan secara akurat.
Contoh Build to Stock
Misalnya saja, suatu perusahaan DBC memproduksi pakaian wol yang permintaannya terus meningkat selama bulan Juni sampai Desember.
Dalam membangun strategi build to stock, perusahaan DBC memprediksi permintaan pakaian wol dalam periode tersebut dan membuat perencanaan produksinya.
Perencanaan ini dibuat berdasarkan dengan data inventaris yang sudah ada di dalam periode sebelumnya. Di mana, permintaan yang meningkat tentu akan menurunkan ketersediaan produk atau barang.
Nah, berdasarkan dengan analisis yang dilakukan di dalam data inventaris tersebut, perusahaan dapat merencanakan produksi untuk memenuhi permintaan di masa depan.
Perbedaan Build to Stock dan Build to Order
Build to stock adalah suatu strategi fulfillment inventory yang berfokus dalam produksi sebelum permintaan produk benar-benar ada. Tanpa permintaan, perusahaan juga bis melihat data penjualan dalam periode sebelumnya dan perkiraan penjualan masa depan untuk bisa memprediksi berapa banyak produk yang wajib diproduksi.
Metode ini identik dengan sebuah gudang dengan rak yang telah dipenuhi produk walaupun konsumen belum melakukan pembelian. Sedangkan build to order atau make to order adalah sebuah strategi yang akan melakukan proses produksi setelah konsumen melakukan permintaan produk.
Perusahaan ini kurang memperhatikan data riwayat penjualan serta prediksi penjualan masa depan karena hanya memenuhi pesanan yang datang. Cara mudah untuk bisa menggambarkan build to order yakni dengan membayangkan toko butik dengan sedikit produk di raknya.
Penjual hanya akan melakukan produksi pakaian yang sudah dipesan sebelumnya oleh konsumen. Perusahaan biasanya akan memilih build to stock vs build to order berdasarkan dengan jenis barang yang akan diproduksi.
Make to stock adalah pendekatan produksi yang berkaitan dengan pembuatan produk dengan jenis yang sama secara massal.
Sedangkan build to order yakni pendekatan produksi yang dilakukan sesuai permintaan konsumen dan hanya akan menghasilkan produk ketika mendapatkan pesanan.
Strategi build to order ini bisa menjadi pilihan yang tepat untuk bisnis yang memerlukan penyesuaian khusus berdasarkan dengan preferensi setiap konsumennya.
Bisnis tersebut tidak perlu merasa khawatir tentang persediaan tambahan karena mereka hanya harus memenuhi pesanan yang datang. Hal ini membuat mereka tidak terlalu rentan kepada kerugian dan mengantisipasi kelebihan stok persediaan.
Kesimpulan
Itu dia di atas penjelasan tentang make to stock. Make to stock merupakan strategi pemenuhan produk sebuah perusahaan untuk bisa mempersiapkan permintaan konsumen di masa depan. Efektivitas pendekatan dalam strategi ini sepenuhnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk bisa memprediksi secara tepat.