Kotaku
Beranda Pendidikan Abdul Muti Pastikan PMM Tidak akan di Gunakan Lagi Dalam Pemerintahannya, Guru Segera lakukan backup Data

Abdul Muti Pastikan PMM Tidak akan di Gunakan Lagi Dalam Pemerintahannya, Guru Segera lakukan backup Data

kotaku – Perubahan besar terjadi di dunia pendidikan Indonesia! Abdul Muti, seorang figur berpengaruh dalam kebijakan pendidikan, telah mengumumkan bahwa aplikasi PMM (Platform Merdeka Mengajar) tidak akan lagi digunakan dalam pemerintahannya. Pernyataan ini menjadi perhatian penting bagi para guru, sekolah, dan seluruh pemangku kepentingan di sektor pendidikan, terutama yang selama ini bergantung pada aplikasi PMM dalam menjalankan tugas-tugas administratif dan kurikulum pembelajaran.

Dengan keputusan ini, guru di seluruh Indonesia kini menghadapi tantangan baru, salah satunya adalah melakukan backup data. Mengapa ini begitu penting? Karena data yang ada di PMM mencakup berbagai informasi berharga, mulai dari pencapaian siswa, materi pembelajaran, hingga catatan evaluasi yang semuanya mungkin tidak akan bisa diakses jika PMM benar-benar dihapus dari sistem pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami latar belakang keputusan ini, implikasi bagi guru, dan langkah-langkah praktis untuk melakukan backup data dengan efektif.

Mengapa PMM Tidak Lagi Digunakan?

Sebagai aplikasi yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah, PMM dirancang untuk membantu guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Namun, Abdul Muti menyebutkan bahwa penggunaan PMM telah menimbulkan berbagai tantangan, baik dari segi efektivitas maupun keamanan data. Beberapa alasan utama mengapa PMM akan dihentikan meliputi:

  1. Isu Keamanan Data: Ada kekhawatiran bahwa data pribadi siswa dan guru di dalam PMM tidak sepenuhnya aman. Pemerintah tidak ingin mengambil risiko kebocoran data yang bisa berdampak pada privasi individu.
  2. Efektivitas Penggunaan: PMM belum memenuhi ekspektasi banyak pihak, terutama dalam hal kemudahan penggunaan dan manfaat praktis bagi guru di lapangan. Beberapa guru bahkan mengaku lebih nyaman menggunakan metode konvensional atau aplikasi lain yang lebih responsif.
  3. Biaya Pemeliharaan yang Tinggi: Menjalankan dan memperbarui aplikasi seperti PMM membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pemerintah memutuskan untuk mengalokasikan dana ini ke program-program lain yang dinilai lebih mendesak dalam dunia pendidikan.
  4. Kurangnya Dukungan Teknologi di Daerah Terpencil: Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki akses internet yang stabil, dan ini membuat beberapa guru mengalami kesulitan dalam mengakses PMM. Oleh karena itu, diharapkan ada sistem yang lebih inklusif untuk seluruh guru di seluruh wilayah Indonesia.
  5. Umpan Balik dari Guru dan Siswa: Banyak guru merasa PMM menambah beban administratif yang tidak perlu, yang justru mengurangi waktu mereka untuk berfokus pada pengajaran. Umpan balik ini menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah dalam membuat keputusan untuk menghentikan aplikasi PMM.

Pentingnya Backup Data untuk Guru

Setelah keputusan untuk menghentikan PMM ini, guru di seluruh Indonesia dianjurkan untuk segera melakukan backup data mereka. Mengapa ini penting? Bayangkan jika data yang selama ini disimpan di PMM tiba-tiba tidak lagi bisa diakses. Data siswa, catatan evaluasi, rencana pembelajaran, dan berbagai materi lain mungkin akan hilang begitu saja, dan hal ini tentu akan berdampak pada proses pembelajaran yang sedang berjalan.

Backup data penting untuk menjaga agar seluruh informasi yang telah dikumpulkan selama ini tetap aman dan dapat diakses kapan pun diperlukan. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan guru untuk melakukan backup data dengan efektif:

  1. Identifikasi Data yang Ingin Di-backup: Langkah pertama adalah menentukan data apa saja yang penting dan perlu disimpan. Beberapa data yang mungkin perlu di-backup meliputi:
    • Data siswa (nilai, laporan perkembangan)
    • Materi pembelajaran (rencana pelajaran, modul, presentasi)
    • Catatan evaluasi dan hasil ujian
    • Data administratif lainnya
  2. Gunakan Hard Drive Eksternal atau Flashdisk: Salah satu cara termudah untuk melakukan backup data adalah dengan menyimpan salinan data ke perangkat eksternal seperti hard drive atau flashdisk. Pastikan untuk menggunakan perangkat yang memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup besar, terutama jika data yang di-backup berjumlah banyak.
  3. Pilih Penyimpanan Awan (Cloud Storage): Untuk keamanan yang lebih baik, guru juga bisa mempertimbangkan menggunakan penyimpanan awan seperti Google Drive, Dropbox, atau OneDrive. Penyimpanan awan menawarkan akses yang mudah dan aman dari berbagai perangkat. Bahkan jika komputer atau perangkat fisik hilang atau rusak, data yang tersimpan di awan tetap bisa diakses.
  4. Konsisten Melakukan Backup Berkala: Tidak cukup hanya melakukan backup satu kali. Pastikan untuk secara rutin menyimpan data terbaru agar tidak ada informasi yang hilang. Misalnya, lakukan backup setiap akhir minggu atau bulan, tergantung pada seberapa sering data diperbarui.
  5. Organisasi File yang Rapi: Pastikan data yang di-backup terorganisir dengan baik. Buat folder khusus dengan nama yang jelas dan berurutan, sehingga saat mencari data tertentu, guru tidak kesulitan menemukannya. Misalnya, buat folder “Nilai Siswa 2024”, “Materi Pelajaran Semester 2”, dan sebagainya.

Apa Selanjutnya Setelah PMM Tidak Digunakan Lagi?

Dengan dihapusnya PMM, banyak guru yang mungkin bertanya-tanya tentang apa yang akan menggantikan platform ini dalam pemerintah pendidikan. Meskipun belum ada pengumuman resmi mengenai pengganti PMM, beberapa sumber menyebutkan bahwa pemerintah sedang merencanakan platform yang lebih intuitif dan ramah pengguna, yang dirancang dengan masukan langsung dari guru di lapangan. Selain itu, platform pengganti nantinya diharapkan lebih terintegrasi dengan kebutuhan administrasi dan pembelajaran modern.

Untuk sementara waktu, guru mungkin harus kembali menggunakan metode manual atau menggunakan aplikasi alternatif yang sudah ada di pasaran. Pemerintah juga diharapkan memberikan panduan khusus agar guru tidak merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan sistem baru.

Kesimpulan

Keputusan Abdul Muti untuk menghentikan PMM adalah langkah yang mengundang pro dan kontra. Di satu sisi, kebijakan ini menunjukkan perhatian terhadap aspek keamanan data dan efektivitas aplikasi bagi guru di lapangan. Di sisi lain, guru dihadapkan pada tantangan untuk mengelola data mereka sendiri tanpa bantuan dari PMM.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan