Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson, Ini Pembahasannya
Daftar isi:
- Mengenal Psikososial
- Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Psikososial
- Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson
- 1. Tahap I (Usia 0–1 Tahun): Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
- 2. Tahap II (Usia 1–3 Tahun): Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu
- 3. Tahap III (Usia 3–6 Tahun): Inisiatif vs Rasa Bersalah
- 4. Tahap IV (Usia 7–11 Tahun): Industri (Kompetensi) vs Inferioritas
- 5. Tahap V (Usia 12–18 Tahun): Identitas vs Kebingungan Peran
- 6. Tahap VI (Usia 19–29 Tahun): Keintiman vs Isolasi
- 7. Tahap VII (Usia 30–64 Tahun): Generativitas vs Stagnasi
- 8. Tahap VIII (Usia 65 Tahun ke Atas): Integritas Ego vs Keputusasaan
- Kesimpulan
Kotaku.id – Pembahasan dibawah ini akan membahas secara lengkap terkait tahap perkembangan psikososial Erik Erikson yang perlu dipahami. Psikososial merupakan salah satu aspek yang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Pasalnya, aspek ini berkaitan dengan kesehatan mental, pikiran, dan perilaku seseorang pada tuntutan sosial.
Secara umum, psikososial merupakan aspek yang dapat berkembang mulai dari masa kanak-kanak sampai lanjut usia. Mengenai tahapan perkembangan psikososial serta berbagai faktor yang bisa memengaruhinya, Anda harus simak ulasan dibawah ini sampai tuntas.
Mengenal Psikososial
Psikososial merupakan suatu istilah yang mengacu pada hubungan pikiran, perilaku, dan kesehatan mental seseorang terhadap kebutuhan ataupun tuntutan kehidupan sosial. Istilah psikososial ini dipopulerkan oleh seorang psikolog dengan berkebangsaan Jerman-Amerika Serikat, Erik Erikson sekitar pada tahun 1950. Erik Erikson mengembangkan teori ini berdasarkan pada teori psikoanalisis dari Sigmund Freud.
Menurut Erik Erikson, kepribadian manusia bisa berkembang dengan melalui beberapa tahap, mulai dari bayi sampai lanjut usia. Pada setiap tahapannya, akan terjadi dua aspek bertentangan yang mana dapat berdampak positif atau negatif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Psikososial
Pada umumnya, perkembangan psikososial merupakan teori yang menjelaskan bahwa ada dua faktor atau elemen yang memengaruhi kepribadian seseorang. Adapun dua faktor yang ikut memengaruhi tahapan perkembangan psikososial yaitu sebagai berikut.
A. Konflik
Pada setiap tahapnya, akan ada konflik berbeda yang mana terjadi dan bisa memengaruhi kepribadian dan kehidupan seseorang. Jika berhasil menghadapi konflik ini, seseorang bisa menjadi individu yang jauh lebih kuat secara mental. Akan tetapi, jika gagal menangani konflik, seseorang mungkin tidak bisa mengembangkan keterampilan sosial yang kuat.
B. Pengembangan Identitas Ego
Faktor ini diketahui berkaitan dengan kesadaran diri yang dikembangkan dengan melalui interaksi sosial. Menurut teori psikososial, identitas ego pada setiap manusia dapat terus berubah. Hal ini karena adanya informasi baru dan pengalaman dari interaksi sehari-hari dengan orang lain.
Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, proses perkembangan psikososial pada diri manusia akan terjadi dengan melalui beberapa tahap. Yang mana akan melibatkan konflik berbeda pada setiap jenjang usia. Lebih jelasnya, dibawah ini merupakan tahapan perkembangan psikososial manusia menurut Erik Erikson.
1. Tahap I (Usia 0–1 Tahun): Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
Tahapan perkembangan psikososial yang pertama terjadi di usia 0–1 tahun. Pada tahapan ini, bayi nantinya akan mulai belajar untuk memercayai orang lain, terutama orang tua yang akan merawatnya.
Jika bayi merasa telah dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang, nantinya ia akan mulai mengembangkan rasa percayanya kepada orang lain. Sebaliknya, jika orang tua tidak konsisten dan mengabaikan dalam merawat bayi. Maka bayi akan merasa insecure, curiga, cemas, bahkan kesulitan untuk memercayai orang lain.
2. Tahap II (Usia 1–3 Tahun): Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu
Tahapan kedua dari perkembangan psikososial yaitu konflik antara otonomi dengan rasa malu dan ragu. Hal ini biasanya terjadi pada usia 1–3 tahun. Dalam tahap ini, anak nantinya akan mulai belajar mengenai pengendalian diri dan melakukan aktivitas secara mandiri. Oleh sebab itu, toilet training menjadi salah satu proses pembelajaran yang sangat berperan penting dalam pengembangan kepribadian pada fase ini.
Jika orang tua telah berhasil mendorong anaknya untuk bisa belajar mandiri pada tahap ini. Nantiinya anak akan lebih percaya diri dan merasa aman ketika mengambil risiko. Sementara jika anak sering dilarang untuk melakukan sesuatu secara mandiri. Ia mungkin saja akan mengembangkan kepribadian pemalu, penuh keraguan, dan cenderung bergantung kepada orang lain.
3. Tahap III (Usia 3–6 Tahun): Inisiatif vs Rasa Bersalah
Pada tahap ketiga, anak semakin fokus dalam melakukan sesuatu dan menetapkan tujuannya berdasarkan pada pemikiran sendiri. Tahapan ini biasanya akan berlangsung pada usia 3–6 tahun dan terjadi lewat interaksi sosial.
Jika anak mendapatkan kesempatan untuk bermain dan beraktivitas bersama dengan orang lain. Nantinya ia akan mengembangkan rasa inisiatif, mampu memimpin orang lain, dan membuat keputusan sendiri. Pada sisi lain, jika tak diberikan kesempatan untuk berinteraksi bersama dengan orang lain, anak cenderung mengembangkan rasa bersalah dan ragu pada kemampuan yang ada di dalam dirinya..
4. Tahap IV (Usia 7–11 Tahun): Industri (Kompetensi) vs Inferioritas
Tahapan keempat dalam perkembangan psikososial yaitu konflik antara industri (kompetensi) dengan inferioritas. Dengan adanya tahapan ini, anak akan mulai mempelajari keterampilan khusus di lingkungan sekolah. Mereka juga cenderung semakin sadar dengan kehadiran dirinya sebagai individu. Bahkan ia akan mulai membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Jika mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, anak nantinya akan merasa percaya diri dan bangga pada pencapaiannya (kompeten). Namun, anak mungkin saja akan merasa rendah diri (inferior) jika dirinya sering dibatasi oleh orang tua atau gurunya dalam mengembangkan kemampuan sendiri.
5. Tahap V (Usia 12–18 Tahun): Identitas vs Kebingungan Peran
Memasuki usia remaja, seseorang nantinya akan mulai mencari identitas dan jati dirinya sendiri. Oleh sebab itu, mereka pada umumnya akan mencoba berbagai macam persona yang berbeda agar mengetahui jati dirinya.
Jika berhasil melewati tahapan pencarian jati diri ini, seseorang nantinya akan mampu untuk mempertahankan identitas dirinya. Pada satu sisi, jika gagal dalam menemukan jati dirinya dalam tahap ini, seorang kemungkinan akan mengalami krisis identitas di kemudian hari.
6. Tahap VI (Usia 19–29 Tahun): Keintiman vs Isolasi
Pada tahap perkembangan psikososial keenam, konflik nantinya akan berfokus pada hubungan intim untuk membentuk komitmen jangka panjang bersama dengan seseorang selain keluarga. Individu yang merasa berhasil melewati tahap ini cenderung mempunyai hubungan yang langgeng dan bahagia. Akan tetapi, jika tidak berhasil, mereka akan merasa kesepian, terisolasi, bahkan sampai memicu depresi.
7. Tahap VII (Usia 30–64 Tahun): Generativitas vs Stagnasi
Tahapan perkembangan psikososial yang berikutnya terjadi pada usia 30–64 tahun. Tahapan ini nantinya akan berfokus pada kontribusi seseorang untuk masyarakat dan generasi penerus. Individu yang sukses dalam menghadapi tahapan ini nantinya akan merasa dirinya berguna karena telah berkontribusi pada masa depan masyarakat. Sebaliknya, jika tak berhasil, mereka nantinya akan merasa stagnan dan tidak produktif.
8. Tahap VIII (Usia 65 Tahun ke Atas): Integritas Ego vs Keputusasaan
Tahapan terakhir dari perkembangan psikososial yang terakhir adalah konflik antara integritas ego dan keputusasaan yang terjadi saat usia 65 tahun ke atas. Pada tahapan ini, lansia nantinya akan mulai merenungkan kehidupan yang telah dijalani.
Jika merasa puas, ia nantinya akan menghadapi masa tua dan kematian dengan perasaan bangga. Akan tetapi, jika mempunyai penyesalan atau masih terdapat sesuatu hal yang belum bisa dicapai semasa hidupnya, ia kemungkinan akan merasa putus asa.
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan, perkembangan psikososial merupakan sebuah aspek yang penting untuk diperhatikan tahapannya. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas hidup setiap individu. Demikian pembahasan terkait tahap perkembangan psikososial erik erikson, semoga informasi yang dijelaskan di atas bisa bermanfaat dan membantu Anda.